April 7, 2013

festival

masih baru jejak kaki

di tanah-kerikil-pasir abu dengan tumpukan rumput kering dan kotoran kucing itu,
begitu pula lecet tumit dari sepatu lamanya

pagi ini tidak berkabut, namun seruak sinar dari langit menipiskan pandangan

dan seperti koran yang setiap hari datang dan dibuang: haknya atas waktu terus berganti, detik demi detik, 
dengan kemenangan tipis yang semakin tidak terlihat bedanya

telinganya pekak, justru karena hening yang seperti tak mau habis;

dengan kaus dan celana yang bukan miliknya, ia hanya punya napas untuk dipelihara
naik dan turun, naik dan turun.

"Melihatlah ke bawah, ke jengkal selanjutnya yang akan engkau pijak. Selanjutnya lagi, dan selanjutnya lagi. Dan selanjutnya terus hingga bulir keringat yang terjun membuat bola matamu letih. Hirup saripati pagi ini dalam-dalam sampai kau meledakkan syukur yang tak tertahan. Tanggalkan beban yang sudah seharusnya kau tinggalkan. Angin akan bergantian menyentuh wajahmu, seakan kau adalah tembok suci yang dielu-elukan pecintamu, seakan terpaan tipis ini ingin menarikmu untuk terus tidak mati. 


"Lamat-lamat napasmu akan kabur dari tubuh, seluruh sendimu akan bergemeretak menangis pedih, urat ototmu terkejang panas. Berterimakasihlah akan itu; sadarlah bahwa semua sakit adalah milikmu. Estafetkan lelahmu pada engkau yang lain. Berlarilah! Berlarilah untuk perih ini sampai kau menjentikkan pikiran bahwa menjadi hidup lebih menyakitkan daripada sebaliknya. Sadarlah beban terbesarmu: kau memanggul dirimu sendiri. Sadar itulah yang membebaskanmu.

"Melompatlah sesekali saat kau tahu tanah tidak lagi penting dipijak. Berharaplah kau Ikarus yang tahu kau bakal jatuh, runtuh dengan tulang segala remuk ke atas tanah yang kau rindu."

ia tersungkur, tersusul jauh oleh napas yang sedari tadi mengejar

terbujur, ia bisikkan sang Joker: "sedetik lalu aku mengecap Ledakan Kehidupan."

1 comment:

Anonymous said...

Beautifully put. Life is, after all, walking on a balance beam that borders utter pain from the ultimate pleasure. Dude I wrote a similar entry, on Sisyphus' sugar high hehehe http://aidilakbarlatief.blogspot.com/2013/03/luruh-lara.html