November 29, 2010

Dalam satu hari, sayang itu tumbuh dari tawa menor remaja dengan garis celana tenggelam dini hari di McDonalds, debat harian pagi sesama kambing yang akan terasa rindu, satu keping Glee yang maju mundur, sampai ke pelataran lari pinggir kota yang berserakan tahi. Lalu lirikan mata kepada pengendara malam yang bernyanyi seakan kilometer kota adalah sudut kamar mandinya, ramah tamah pengobat yang pasiennya tak sembuh-sembuh, hingga komodifikasi sebuah migrasi gajah. Hari ini hatinya sedang hinggap. Besok lusa pasti sudah lagi terbang, tapi tak apa.

gatal

Mungkin kami tidak sebenarnya memerlukan mata. Sambil kami terus hidup entah bangkit dengan atau malah menampik rengkuhan tangan-tangan khalik yang menunggu dipilih, menengadah atau menunduk pada setiap sel Tuhan yang mengembun, melihat atau mendengar sepanjang mata angin, kami terus menerjang membabi buta. Sekilas hadir, bergantian. Kami hanya untuk kami. Memang benar kami sudah tua: akumulasi kepala sudah jauh meninggalkan rumah dan alasan. Panjang tapak mungkin tidak ingat lagi untuk merindukan benar. 

Mungkin juga tidak seharusnya apapun memusatkan dirinya dan yang lain. Toh, seribu setengah tahun ini kami lebih sering salah percaya.

November 27, 2010

after all, the rain is still a lovely sum of consequences.

November 14, 2010

piscis magni

ini akhirnya.
aku menggendongnya keluar mobil. ia tersengal, namun wajahnya cerah. dan bagaimana aku tidak tersenyum karenanya?

kami melesak di antara pohon-pohon kering yang semakin rimbun ketika kami mengarah ke danau tanpa sempat menutup pintu. ia tertawa. satu di antara tawa yang tidak harus ditanyakan, aku hanya berlari.

ia menyeka pipiku dari air.

tak lama untuk mencapai tempat tujuan kami; ia tahu aku pilu karena kami tahu waktunya habis. dan semua cerita berkelebat lari persis seperti pohon-pohon ini.
semua rindu melayang naik seperti daun-daun di bawahku.

di balik tanjakan inilah danau tempatnya akan berhenti berada, dan di balik ini pula semua ceritanya lalu berwujud, menunggu: kesemuanya bertepuk tangan, semua saling berlomba berteriak menyelamati, ada yang lalu mendekat bersalaman. kakiku lemas--aku hampir berhenti jika tidak ia ingatkan, kami harus bergegas.
ia tertawa puas sekarang, dan aku bangga setelahnya, karenanya.

mata kepala kami berdua menghidupkan semua kisahnya, setelah dua puluh sembilan tahun ini aku mengikat milikku erat. aku menangis lagi,

mungkin lega


di tepi danau itu kami bisa mencukupkan seluruh sesal dengan bahagia. ia berenang lalu.

November 6, 2010

i don't know. it hurts straight to my spine for not being able to keep up with all this whimsical ride, but i don't know.