April 7, 2013

Bagiku, komunikasi adalah obat penawar, pengental darah untuk semua luka yang telah atau tiba-tiba ada. Namun keduanya, luka dan penawarnya, adalah sebuah proses yang terbuka; yang akan selalu berlomba membuka dan menutup kembali. Proses ini tidak akan ringan. Kadang, sobekan luka harus dikoyak lebar sebelum penawar dapat masuk dan mengobati dari dalam. Kadang luka menyembuh sendiri, kadang dibiarkan lupa. Banyak waktu, penawar ini hanya plasebo semata yang tidak andil menyembuhkan apa-apa. Banyak waktu kecut air asin bergantian menyamar menjadi penawar: malah menyobek luka lebih dalam dan perih. Banyak waktu lain kita malah tidak merelakan sakit untuk sedikit membuka luka agar sembuh.

Bagiku, komunikasi selalu akan menyakitkan. Ia adalah sebuah usaha bebal yang tidak pernah tahu akan berhasil seperti apa sampai akhirnya aku berani menoleh ke arah gurat lukaku lagi. Beberapa kali aku akan berhenti percaya dengan apapun yang ditawarkan obat ini, sampai nanti perih menjalar, dan aku akan tergopoh mengemis kepada siapapun. Beberapa kali, aku akan mengantungi banyak obat tanpa tahu luka mana yang sudah waktunya disembuhkan. Namun ada pula waktunya ia menusuk sakit yang tepat. Aku, kamu, tahu rasanya: manis akan datang dari dada, merayap laun-laun ke seluruh arah. Semua indra bergembira; tulang-tulang yang merangkaimu akan menyala. Ya, komunikasi adalah berbagi luka. Menyobek kulit bersama. Menanggalkan lapis demi lapis pakaian hingga kamu menyadari ketiadaan atas semua yang kamu rasa miliki, hingga yang tersisa hanya malu yang tumpah ruah. Jika, kemudian setelah aku dan kamu selesai menempelkan luka, dan menemukan penawar di dalam semburat darah dari denyut nadi masing-masing, kita dapat mengacuhkan (atau bahkan, menghirup dan menertawakan) malu satu sama lain, maka luka bisa dibayar.


Semua rasa mungkin teramplifikasi. Sakit mungkin selamanya, malu mungkin lebih perih dari penggal, manis mungkin tidak habis seumur hidup. Bagiku komunikasi adalah harapan terus menerus, juluran tangan untuk mengisap saripati serta konfirmasi rasa atas yang sebelumnya terasa tidak mungkin terkatakan (dan tentu tidak akan pernah selesai terkatakan). Bagimu dan bagi mereka, aku belum sepenuhnya tahu.

1 comment:

debolitta said...

touche.