Dalam satu hari, sayang itu tumbuh dari tawa menor remaja dengan garis celana tenggelam dini hari di McDonalds, debat harian pagi sesama kambing yang akan terasa rindu, satu keping
Glee yang maju mundur, sampai ke pelataran lari pinggir kota yang berserakan tahi. Lalu lirikan mata kepada pengendara malam yang bernyanyi seakan kilometer kota adalah sudut kamar mandinya, ramah tamah pengobat yang pasiennya tak sembuh-sembuh, hingga komodifikasi sebuah migrasi gajah. Hari ini hatinya sedang hinggap. Besok lusa pasti sudah lagi terbang, tapi tak apa.
No comments:
Post a Comment