Ini akar anda.
Mungkin bahkan sudah anda kunyah jauh sebelum daulat anda untuk menghancurkan; kunyah, kunyah tanpa pernah menjadi manis. Kunyah tanpa anda harus tangisi gagal dan sukses tuainya. Ini akar anda yang kemudian anda selimuti beton dan kawat baja. Peluh wanita di setapak licin sana sudah kian uzur, peluh warisan ibu ayahnya yang belum kering. Terik berubah muram dan angin menjadi halilintar dan hijau menguning. Bajak telah beranjak mahal dan gabah kian murah, dan anda masih mengunyah. Tidak apa, kami menunggu. Jelas tidak sebanding dengan citra anda menyoal perihal kerja: kami menunggu. Ini akar kami.
Setinggi apa lempeng seng dan semen anda, toh kami selalu panen.
1 comment:
aku ngepens bangets sama sartom
Post a Comment