November 14, 2010

piscis magni

ini akhirnya.
aku menggendongnya keluar mobil. ia tersengal, namun wajahnya cerah. dan bagaimana aku tidak tersenyum karenanya?

kami melesak di antara pohon-pohon kering yang semakin rimbun ketika kami mengarah ke danau tanpa sempat menutup pintu. ia tertawa. satu di antara tawa yang tidak harus ditanyakan, aku hanya berlari.

ia menyeka pipiku dari air.

tak lama untuk mencapai tempat tujuan kami; ia tahu aku pilu karena kami tahu waktunya habis. dan semua cerita berkelebat lari persis seperti pohon-pohon ini.
semua rindu melayang naik seperti daun-daun di bawahku.

di balik tanjakan inilah danau tempatnya akan berhenti berada, dan di balik ini pula semua ceritanya lalu berwujud, menunggu: kesemuanya bertepuk tangan, semua saling berlomba berteriak menyelamati, ada yang lalu mendekat bersalaman. kakiku lemas--aku hampir berhenti jika tidak ia ingatkan, kami harus bergegas.
ia tertawa puas sekarang, dan aku bangga setelahnya, karenanya.

mata kepala kami berdua menghidupkan semua kisahnya, setelah dua puluh sembilan tahun ini aku mengikat milikku erat. aku menangis lagi,

mungkin lega


di tepi danau itu kami bisa mencukupkan seluruh sesal dengan bahagia. ia berenang lalu.

No comments: