entah bagaimana semuanya seperti sudah terbiasa, aku tahu
walau mereka tidak pun membuka mata
ketika yang kupikir Tuhan yang melipat bumi; yang memotong kala hingga
aku leluasa dengan mereka yang beku,
adalah sistem syarafku
ketika itu dewi bulan sedang membelah diri, dan
lesakan ubin beton lupa mengagetkanku
aku ingat-
di balik otakku aku tertidur sadar,
dan mataku melompati keyakinan murni yang bukan milik siapa-siapa
sangat tak apa kalau hanya berbanding empat-lima picingan mata.
No comments:
Post a Comment