"lihat,"
"laut di akhir musim panas. lihat semua orang di atas pasir sana. bagaimana mereka
ada hanya untuk detik ini; hanya untuk tahu bahwa semuanya sebentar lagi selesai.
tahun memang akan terulang. tapi, tentu satu persatu tiket mereka telah tersobek.
semua punya saat akhirnya, seperti musim panas ini— seperti senja ini.
"lalu bagaimana semua yang tidak melihat ini menyelesaikan hari ini?
tentu ada yang memilih untuk melewatkan satu sobekan tiket tanpa sadar. bukan
berarti itu pilihan salah; hanya itu milik masa depan."
ia kemudian tersenyum, "manusia tidak bisa memutar waktu."
August 31, 2010
August 23, 2010
August 8, 2010
entah bagaimana semuanya seperti sudah terbiasa, aku tahu
walau mereka tidak pun membuka mata
ketika yang kupikir Tuhan yang melipat bumi; yang memotong kala hingga
aku leluasa dengan mereka yang beku,
adalah sistem syarafku
ketika itu dewi bulan sedang membelah diri, dan
lesakan ubin beton lupa mengagetkanku
aku ingat-
di balik otakku aku tertidur sadar,
dan mataku melompati keyakinan murni yang bukan milik siapa-siapa
sangat tak apa kalau hanya berbanding empat-lima picingan mata.
walau mereka tidak pun membuka mata
ketika yang kupikir Tuhan yang melipat bumi; yang memotong kala hingga
aku leluasa dengan mereka yang beku,
adalah sistem syarafku
ketika itu dewi bulan sedang membelah diri, dan
lesakan ubin beton lupa mengagetkanku
aku ingat-
di balik otakku aku tertidur sadar,
dan mataku melompati keyakinan murni yang bukan milik siapa-siapa
sangat tak apa kalau hanya berbanding empat-lima picingan mata.
Subscribe to:
Posts (Atom)